9/29/2011

Tunggu........(sampai kapan?)

Tersirat dendam dan amarah yang membara
Berjalan seiring kencangnya degup hati
Menggigit jari, mengetuk meja, memukul dada, tumpahkan semua
Belumlah cukup
Terbentuk dua sungai kecil yang mengalir manis sekali
Kedua bola itu, bagai di cat merah, berserat
Seluruhnya bergetar
Bulu roma menari menuruti sang tuan
Mengetuk sendiri palu si hakim
Mencengkeram angin sekuat tenaga
Membentak debu tanpa dosa
Ia sudah pergi, katanya
Merangkak kembali ke sana, membuka pintunya
Tak terlalu usang, namun agak pudar
Seketika semuanya tergores jelas
Persediaan air sungai itu telah habis, sungainya kering ternyata
Kedua lubang di sudut kanan dan kiri tampak mungil, agaknya manis
Pagar putih itu kini kembali berjejer gagah
Begitu sendu dan syahdu
Terdiam dalam lamunan, lama

No comments:

Post a Comment